Celoteh Bolpen

Sudut Pandang : Pegawai Kafe

Ia lebih menyenangi creme brulee kafe kami ketimbang vanilla latte yang selalu jadi favorit pelanggan. Datang tiap Jumat dan Sabtu sore, mengenakan kaus oblong dan jeans biru, memesan padaku tanpa menatap langsung. Membayar dengan uang pas. Selalu pas.
Seperti sore ini, "Creme brulee satu." katanya sambil menunduk, kali ini menatap layar HP-nya.

Sudut Pandang : Anak SD

Seragam baruku terlihat amat pas. Kuturuni tangga rumah dengan semangat. "Makan dulu, Als!" panggil Mama. Kugeret kursi dan mendudukinya. "Pagi, Als." sapa Papa sambil menyesap kopinya. "Pagi Pa. Papa jadi ikut business trip ke St. Louis?" Papa mengangguk. Mama menuangkan corn flakes ke mangkukku berikut susu vanila segar sebagai sarapan.

Sudut Pandang : Bayi 7 Bulan

"Bangun dulu, Sayang." Bunda menggendongku yang masih terlelap. "Ayo Sayang, bangun..." Bunda mengelus pipiku lembut. Ketika aku membuka mata dan mengerjapkannya, Bunda mengintip celanaku bagian belakang. "Alhamdulillah, kamu nggak ngompol. Bunda baru mau beli popok." Bunda mengambil HP dan menghubungi Ayah. "Assalamualaikum, Ayah? Ntar pulang kerja beli popok dulu buat adek ya? Yang Mamy Poko isi 24, ukurannya agak besar sedikit..."

Sudut Pandang : Siswa SMA

Langkahku gontai. Proposalku ditolak. Tiga kali sudah aku mengeditnya, sampai tidak tidur. Tidak belajar untuk tes stokiometri kemarin. Tidak mengajar anak TPQ mengaji. Rasanya sesak sekali."Gimana, Ren? Ditolak lagi?" Iqbal menepuk bahuku. Aku duduk di sampingnya, mengambil es teh milik Iqbal, dan menenggaknya sampai habis."Gile lo," sungut Iqbal. "Ditolak sih ditolak, tapi es teh gue gak dihabisin juga." Aku tidak menghiraukannya. Iqbal sama cewek-cewek gak ada bedanya, sama-sama bawel.
Kecuali dia. Aku tiba-tiba tersenyum. Dia yang ada dalam bayanganku berdiri tepat di depanku. Kerudungnya panjang, menutup dada. Ia tersenyumpada seorang cleaning service. Lalu berjalan ke arahku. Aku berdebar sedikit. "Om Iqbal, ntar anterin aku ke rumah Bude ya!"

Komentar

Postingan Populer