Pertanyaan Pagi Itu

Dalam setiap gelas susu yang aku teguk di pagi hari, selalu ada rentetan pikiran yang diakhiri tanda tanya. Sebuah pertanyaan.
Aku hanya berani memikirkannya. Memikirkannya. Memikirkannya. Membiarkan pikiran itu berlalu lalang di otakku tanpa menemukan jalan keluar. Tak membiarkannya mencari celah solusi.
Terlalu pengecut, ejek seseorang.
Betah sekali terkungkung, hai pengecut. Benamkan terus dirimu dalam kesia-siaan. Tak berhenti mulutnya mencaci.
Aku terdiam. Melengos. Mengambil langkah. Tak peduli.
Pemaki itu membuntuti tulang ekorku. Bersiap menyemburkan ejekan berikutnya yang telah ia kemas rapi khusus untukku.
Lantas apa maumu. Kuutarakan kalimat pertamaku padanya, tanpa menengok memandang wajahnya.
Kudengar ia terkekeh, sesuatu yang tak kusuka. Pertanda buruk.
Kutepiskan tawanya dengan berlari bersama pertanyaanku. Jelas sekali ia mengejar. Kupercepat langkah, membawa pertanyaan bersamaku.
Tak kuizinkan ia berinteraksi barang sepersekian detik pun.
Ini milikku. Tak kusadari langkahku menjelma menjadi kabut retina.
Ini  pertanyaanku.

Apa?

Komentar

Postingan Populer