Extra Late Post 'bout Drama


Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Selamat malam! Hari ini perasaan senengku over dari 100%. *insert lagu Best Day Ever-nya Spongebob* Serius, ini menyenangkan. Dan aku yakin bener, 22 orang lain di kelasku, beloved MAXIMAL, juga merasakan hal yang sama. Ooh, tambah satu deng, Bu Nurus, guru bahasa Indonesia sekaligus guru pembimbing drama kelas XI MAKBI.

Kenapa oh kenapa?

This is the answer

Karena hari ini, 23 November adalah hari-H! Hari dimana kelas XI MAKBI kudu menampilkan drama yang udah dipersiapkan jauh-jauh hari sebelumnya. Judul dramanya, G! (kalo kata Deak, bacanya G faktorial [?]) Kita adalah kelas terakhir yang menampilkan drama. Yang lain pada udah sebelum-sebelumnya. --v
Sempat rodok panik gegara acara sekolah dan BDI (ane juga BDI ._.v) yaitu acara Muharram yang diisi materi oleh ustadz mana gitu, gelarnya Lc bok. Produk Al-Azhar Kairo! Soalnya drama kita jam 1 siang, sementara sampe jam 12-an acara belum selese. Begitu selese langsung naik ke kelas di lantai 3 dan nyiapin properti dan ganti pakaian. Sebagian properti udah disiapin dari malemnya. Tetep aja kurang banyak. Kursi aula, bangku kelas, sofa, kursi taman, meja balok, rak, patung Liberty labil, papan arah, brosur dan i-Pad bohongan, selimut, koper, merupakan beberapa contoh properti yang kami butuhkan. Cermin kelas dan cermin kamarnya anak putra dibawa ke panggung. Mereka juga bawain gantungan baju yang memuat banyak baju sekaligus. Sementara yang putri dari malemnya udah milih kostum yang dipakai. Edhita beli outfit baru malah, dasar shopaholic. Aku pake baju kelelawar merah *Ummi harus tau!*, kerudung paris merah Vina, sama rok sifonnya Fiyang. Aku pake sneakers sekolah hehe. --v

Begitu properti udah siap, anaknya yang belum komplit, si Aal. Pergilah Anas, mencari Aal. Aal dateng, Anasnya gak balik-balik. Iqbal pun diutus memanggil Anas. Syukurlah mereka kembali dengan selamat. Tapi yaaa dramanya molor berapa menit gitu. Biasa, Indonesia xD *muka kayak Aal*

Drama pun dimulai dengan Fiyang sebagai narator dan membacakan nama dan peran para pemain.

Zulfina, sutradara.
Shofi, music director.
Alvina, camerawoman.
Tika, panitia kontes beladiri.
Edhita, Iyyay, Rona, Dea, Azmi, Liyah, penduduk dan teman-teman Abdul di NYC.
Anas, DESTIA, Miqdar, bule 1, 2, 3. (ane ditengah bilang “AAA!” dengan pose anehnya Anas-Miqdar)
Iil, bu dosen.
Rafi dan Fitri, ayah-ibu tokoh utama.
Iqbal, Fridina, Aal, geng jahat bernama Henry, Jessica dan Richard.
Dianisa, sebagai Nadia, gadis yang disukai tokoh utama.
Izam, sebagai Totok yang urakan, tetangganya tokoh utama.
Hayyi, tokoh utama bernama Abdul, pemuda polos orang desa yang dapet beasiswa ke NYC.
Rafi-Iil rangkap lighting. Miqdar-Anas rangkap bagian buka-tutup tirai.

Drama pun dimulai. Semua pemain dan kru *poae* siap di posisi masing-masing. Kudu inget main di scene mana, scene berapa butuh properti apa, kapan buka-tutup tirai bareng, kapan ngatur lampu bareng, gimana caranya naruh properti cepet tanpa suara bedebum. Termasuk ganti baju yang agak susah, terutama untuk cewek. Alhamdulillah, nggak ada problem berarti. Padahal semalem kita nyoba latihan di aula jadinya kocar-kacir, butuh perbaikan di sana-sini. All praises to Allah { }.

Perpindahan antar scene lancar. Tirai dan lighting cocok. Musik pengiring juga bekerja baik.
Dan yang nggak kalah penting, respon penonton.

Penonton cukup banyak. Ada kakak-kakak kelas MAKBI dan non-MAKBI, adek-adek kelas MAKBI, temen-temen IPA, IPS dan Bahasa, meskipun nggak semua. Alhamdulillah banget-nget-nget mereka kasih respon positif. Beberapa ketawa ngakak gegara aktingnya Hayyi, ada juga yang ngeluh mellow lihat Dianisa ngasih undangan ke Hayyi. Keluarganya Dianisa juga ikut dateng.

Jangan ditanya gimana perasaan ini *alay*. Isna bilang kece, Ayong bilang keren, Lisa bilang bagus, Vinahari angkat jempol, Mbak Muhim dan Mbak Faiza ikutan muji. Bu Nurus kasih nilai 100. Ya Allaaaaaaaaaah, pengen nanges huhu.

Closingnya juga salah satu bagian favoritku. Tirai ditutup, Abdul keluar dari tengah, disusul Iqbal dan Fridina yang masuk Islam. Aal, Miqdar, Anas nyusul, teman-teman jahat yang membaik. Mereka berlima berangkulan, (kecuali Fridina!) Aku, Liyah, Azmi muncul di kiri, Deak, Edhita, Iyyay, Rona di kanan, sebagai orang-orang yang iri dengan keakraban mereka. Terus pas Fiyang baca bagian apa gitu, kita jongkok, cuma Abdul yang berdiri <3

Kemudian Rafi dan Fitri harusnya muncul di samping Hayyi. Tapi naratornya lupa baca bagian ini <//3 Pukpuk ya Rafi dan Fitri.

Terus Hayyi yang susah move on dari Dianisa yang ninggal dia kawin sama Totok muncul di tengah. Kita berdiri, kasih tepuk tangan. Hayyi ke Izam, mukanya nggak ikhlas wkwk. Dianisa cemberut, nggak suka sama pernikahannya dan Izam. Btw Izam pake baju merah tradisional Jawa itu lho. Lucu, diguyu.
Terakhir kita teriak, “Islam di hatiku! Garuda di dadaku!” sambil berlutut. Fiyang bilang wassalam, kemudian Miqdar takbir. Drama selesai.

Kita lari ke belakang panggung. Penonton kasih big applause. Kita jejeritan seneng bin bahagia. Bu Nurus dateng. Meluk satu-satu, nangis. Ya Allaaaaaaaaah indah banget. Kita juga saling minta maaf dan bilang makasih, atas segala sakit hati, ngamuk, bersyukur, yang timbul selama kerjasama menggarap drama.
Kemudian gendengnya kumat. Nyalain lagu pengiring yang buat adegan disko banter. Sambil teriak-teriak di mic. “Abis ini UAS!” “Seneng banget dramanya selesai!” “Makasih MAXIMAL! Makasih penonton!” dan yang nggak nyambung, “SEMOGA CEPET KURUSSS!!!” Sopo maneh lek guduk aku -_-

Kita beresin semua properti. Kemudian dapet kabar ucapan selamat dari Ustadz Gunawan, guru MAKBI. Ustadz Sukardi, wali kelas nggak bisa lihat karena lagi di Bandung. Pak Ahmad, kepala sekolah yang juga guru Bahasa Indonesia kelasku nggak bisa ikut liat, api beliau minta rekaman videonya. Wkwk terharu deh, ditonton kepala sekolah.

Terakhirnya kita foto-foto deeeh.
Alhamdulillah. Allah tunjukkan hasil yang baik atas kerja keras selama ini. Alhamdulillah. Alhamdulillah. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin.

Allahu akbar. Wassalam.

Komentar

Postingan Populer